![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiytOYX_qB_-4KBDhqtIkJQQq3id3vctMALakWYpYqd0Mq-8LA30kIRqYYjnwLmi05WSzhSqymWngr0B1bRajzI-tzlLuCjwrRkk-RLrksly-68R6SMnRCKhgQyn61gVXlMYfgxNWm4rMU/s320/pemda+tangguh.jpg)
1 Lemah
Iman
Dalam hal ini, kita mengadukan
keadaan kepada Allah. Namun, disini Dr. Aid Al- Qarni memberi kabar gembira
bahwa orang yang mengetahui imannya lemah, lalu dia mengadukan kelemahannya itu
kepada Allah, tertunduk khusyu’ dihadapan Rabbnya Yang Maha Perkasa, tetap diam
diambang pintu ampunan-Nya, niscaya suatu saat dia akan masuk kedalamnya dengan
izin Allah
Para Ulam Ahlussunnah wal
Jama’ah berprinsip : “Iman itu, kadang bertambah dan kadang berkurang.” Imam
Bukhari mengatakan, “Tentang bertambah dan berkurangnya iman, Allah telah
berfirman “Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk
mereka petunjuk.” (Al Kahfi : 13).
Mereka senantiasa mencari-cari
hidayah, hingga akhirnya Allah menganugrahkan hidayah itu kepada mereka.
Sebagaimana kita juga mencari dan menuntut ilmu,
memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, berinteraksi serta bergaul dengan orang-orang sholeh, serta menghadiri ceramah, dan majelis-majelis ilmuu serta dzikir.
memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, berinteraksi serta bergaul dengan orang-orang sholeh, serta menghadiri ceramah, dan majelis-majelis ilmuu serta dzikir.
Ingat, Allah tidak akan
menyia-nyiakan segala upaya kita begitu saja. Allah SWT berfirman “Dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya.” (Al Mudatsir : 31) dan juga “Pada
hari ini telah Ku-semprnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah :
3).
Iman kita sering sekali
dihadapkan kepada hal-hal yang akan melemahkannya. Kita sering dihantam badai
syahwat, bergelut dengan obsesi-obsesi keduniaan. Kita juga sering diserang
berbagai pemikiran yang merusak setiap pagi dan sore hari. Segala tantangan itu
dapat kita temukan di berbagai sarana media, baik cetak maupun elektronik.
Iman adalah perbuatan.
Barangkali kita akan merasa heran dengan seorang remaja yang mengaku bahwa dia
mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, namun dia melakukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan pengakuannya itu. Dia sering tidur tatkala adzan Shubuh
berkumandang, menjauhkan Al-Qur’an dari kehidupannya, mencela dan melaknat
kedua orang tuanya, berlaku jahat dengan sesama tetangganya, dan tidak pernah
memenuhi hak-hak kaum muslimin.
Hasan Al-Basri mengatakan, “Hati itu, kadang hidup dan kadang mati. Dia
akan senantiasa hidup dengan ibadah-ibadah wajib dan sunnah, tetapi ia bisa
mati dengan berbagai dosa dan kemaksiatan.”
2. Kurang
Bersungguh-sungguh
Mayoritas
generasi muda sekarang, kurang bersungguh-sungguh dalam komitmennya. Padahal
Allah SWT berfirman “Penganglah
teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada
didalamnya, agar kamu bertaqwa.” (Al-Baqarah : 63)
1) Komitmen dalam beraqidah yang benar
Seorang
mukmin mengeman sebuah risalah (ajaran) dan prinsip. Dia senantiasa
menyadari bahwa kelak dia akan
dimintai pertanggung jawaban dihadapan
Allah SWT, tentang tugasnya dalam mengemban aqidah ini. Hendaknya, ia mempersiapkan jawaban apa yang
akan dia kemukakan dihadapan-Nya?
2) Komitmen pribadi
Hendaknya
kita menjadi serang yang alim dan mengetahui cara berbicara yang baik, percaya kepada diri
sendiri, dan terbebas dari segala bentuk perbudakan kepada selain Allah SWT.
3) Komitmen dalam penampilan
Hendaknya kita memakai pakaian yang rapi, indah,
dan menarik, sehingga kita
dihadapan manusia dipandang sebagai sorang yang sarat-sarat nilai-nilai keagamaan.
4) Komitmen pada ambisi yang luhur
Dalam melakukan sholat, kita tidak rela kecuali
dengan sholat yang paling sempurna, paling sempurna, dan paling bagus. Dalam menuntut ilmu, kita tidak rela kecuali denga ilmu yang sampai
akar-akarnya dan kita benar-benar profesional serta ahli dibidang tersebut. Dan berlaku dalam bidang-bidang yang
lainnya.
3. Waktu Tak Berguna
Diantara problematika yang
menghadang generasi muda adalah menghabiskan waktunya pada hal-hal yang tidak
bermanfaat dan tidak berguna. Allah berfirman “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (Al-Ashr : 1-3).
Dr. Aid Al-Qarni pernah melihat
seorang guru yang mengajar disebuah SD. Pada waktu-waktu istirahat jam belajar
dia selalu pergi untuk menulis tentang batu berharga yang mengandung virus
(Yaqut).
Ia pun mengumpulkan semua buku
yang berbicara tentang Yaqut bervirus. Sehingga akhirnya dia berhasil
mengmpulkan beberapa jilid buk tentang Yaqut bervirus. Bahkan dia juga
menghasilkan buku-buku lainnya yang terkadang lebih bermanfaat baginya.
Wahai generasi mda Islam...
Wahai generasi masa depan yang ditunggu-tunggu... Mari kita kembali
menghitung-hitung dan menyusun dengan rapi detik-detik dan saat-saat berharga
yang kita miliki.
4. Tergesa-gesa
Ini
adalah penyakit yang sangat berahaya dan hambatan yang sangat besar, yait
terlal terburu-buru memperoleh hasil. Seseorang bekerja hari ini, dan hendak
melihat hasilnya langsung besok paginya. Sementara sunnatullah dalam kehidupan dunia bukanlah seperti itu.
Allah menciptakan pondasi hidup
ini diatas dasar perkemangan yang berangsur-angsur. Matahari tidak terbit
secara tiba-tiba, tetapi semuanya terjadi dengan perlahan-lahan. Tumbh-tumbuhan
tidak langsung tumuh dengan tiba-tiba, namun secara perlahan dan melalui
proses. Begitu pula dengan agama.
Maka, disini Dr. Aid Al-Qarni
berwasiat kepada generasi muda agar mereka tidak terlalu terburu-buru, karena
Allah telah berfirman kepada Rasul-Nya “Dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca AL-Qur’an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu dan katakanlah, ‘Ya Rabku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan’.”
Rasulullah SAW pn senantiasa
memperingatkan para sahabatnya supaya jangan tergesa-gesa, karena agama Allah
(Islam) ini tidak mengajarkan ketergesa-gesaan.
5. Tutur Kata yang Kasar
Kita sering mendapatkan
seseorang pemuda yang ucapannya kasar dan menyakiti hati orang yang
mendengarkannya. Terkadang dia juga mengatakan perkataan sembrono dan susah
dipahami. Oleh karena itu, hendaknya seorang juru dakwah berbicara dan
berinteraksi dengan orang lain secara lemah lembut
Allah SWT berfirman kepada
Rasl-Nya “Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kame bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Al-Imran : 159).
Maksudnya : urusan peperangan
dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan
dan sebagainya.
Salah seorang salafusshalih berkata, “hendaknya anda menjadi seseorang yang raut
wajahnya selalu ceria dan tutur katanya lembut. Niscaya anda akan lebih
dicintai manusia dari pada orang yang memberikan emas dan perak kepada mereka.”
6. Dosa yang (Seharusnya Tidak) Menghalangi
Generasi
muda menjadikan dosa-dosa yang mereka lakukan sebagai sarana dan perantara.
Mereka juga meninggalkan lapangan dakwah, disebabkan oleh dosa yang cukup
banyak.
Dr. Aid Al-Qarni pernah menemui
seorang pelaku dosa. Saya memintanya agar aktif dalam lapangan dakwah pada
Allah SWT, agar dia ikt andil berceramah, ikut serta dalam beramar ma’ruf nahi
munkar atau pengajian agar ia juga aktif memberikan kata-kata sejuk dan baik
serta ikut dalam menasihati saudara-saudaranya. Namun dia malah mengatakan,
“Saya ini adalah seorang pendosa, dan orang seperti saya tidaklah pantas untuk
erdakwah dan berceramah kepada manusia.”
7. Mengasingkan Diri dari Masyarakat
Termasuk
problematika yang merundung generasi muda adalah mengasingkan diri dari
masyarakat, dengan alasan mereka penuh dengan kemaksiatan. Semua orang berbuat
dosa dan kesalahan merajalela. Orang itu berkata, “Berlarilah dengan agamamu,
sebagaimana kamu berlari dari seekor singa.” Seorang lagi berkata dengan
beralasan sebah hadits, “Kamu harus
memperhatikan dirimu sendiri.” (HR. Abu Dawud).
Kita mendapatinya hanya berjalan
di rumahnya menuju masjid, namun tidak peduli dengan keadaan masyarakatnya. Dia
tidak peduli dengan studinya, kuliahnya, dan bahkan tidak peduli dengan pasar.
Hali ini adalah sebuah kesalahan, karena dalam sebuah hadits shahih Rasulullah
SAW telah bersabda, “Orang yang bergaul
dengan manusia dan bersabar terhadap cobaan mereka, lebih baik dari pada orang
yang bercampur dengan manusia tidak sabar terhadap cobaan mereka.” (HR.
Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ini merupakan fenomena yang
bertentangan dengan realitas dakwah para nabi. Sngguh, mereka tidaklah diutus
di gua-gua. Orang yang mengasingkan diri dengan agamanya adalah orang yang
telah berbat jahat dan menjelekkan citra Islam. Kecuali dalam beberapa fase
tertentu, dalam beberapa keadaan tertentu dan bagi orang-orang tertentu saja.
8. Muslimah Enggan Berdakwah
Termasuk
persoalan yang membelit generasi muda ini adalah sempit dan sedikitnya peran
serta muslimah dalam mengemban dakwah islamiyah. Bahkan kebanyakan dari mereka
tidak pernah aktif dalam lapangan dakwah. Mereka beralasan bahwa dakwah, amar
ma’ruf nahi munkar adalah tugas kaum lelaki.
Padahal Allah SAW telah
berfirman kepada Rasul-Nya, “Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan
mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (At-Tabah :
71).
Jadi, seorang muslimah juga
berkewajiban untuk mengemban dakwah dan beramar ma’rf nahi mnkar. Beban yang
diemban kaun muslimah juga seperti beban yang diemban kaum lelaki.
9. Gaptek,
Minim Pengetahuan
Termasuk persoalan generasi muda
adalah minimnya ilmu pengetahuan, serata sedikitnya wawasan dan bacaan yang
dikuasai. Rasulullah SAW menganjurkan kita membekali diri dengan ilmu yang
bermanfaat. Allah SAW telah berfirman kepada beliau, “Dan katakanlah, Ya Rabbku, tambahlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
(Thaha : 114).
Ilmu pengetahuan ini hanya bisa
bertambah dengan banyak membaca, belajar, sering berkonsultasi dan bertanya
kepada para lama. Abdullah bin Abbas pernah ditanya, “Bagaimana cara anda
memperoleh ilmu ini?” Dia menjawab : “Dengan akal yang selalu berpiki dan lisan
yang selalu bertanya.”
Seorang penyair mengatakan :
“Bertanyalah
kepada ahli fiqh, niscaya kamu akan menjadi seorang ahli fiqh seperti dia.
Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh dalam mempelajari suatu ilmu, maka dia akan mahir dalam bidang tersebut.”
Sumber : Dr. Aid Al-Qarni/2013/Fityatun
Amanu bi Rabbihim/Solo/Aqwam
Label: Artikel Islami
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)