Bagaimana dengan hati anda jika melihat anak yang berjuang demi memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa membebankan orang tuanya, kemudian ia dengan karakter kesholehannya dan selalu memegang amanah majikannya? Anda sepertinya akan takjub dengan sosok anak seperti itu bukan.
Siapa sangka anak kecil pun dapat melakukan pekerjaan yang berat seperti orang dewasa. Mungkin satu dari seribu anak yang memiliki karakter kerja keras dan sholeh seperti itu, apalagi kalau jika dibandingkan dengan anak-anak sekarang pandangan kerja keras hanyalah tumpuan orang tuanya semata, anaknya hanyalah melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan dan umumnya mereka memiliki aktivitas bermain saja.

Mengambil dari hikmah kisah sang Abdullah bin Umar dengan seorang penggembala cilik, kita dapat belajar dari anak tersebut. Sang penggembala cilik hanyalah anak-anak yang seharusnya belum mengenal pekerjaan seperti orang-orang dewasa lakukan, ia berbeda dengan anak umum lainnya. Yang lain hanyalah mengenal bermain saja, namun ia berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh keikhlasan dan keridhoan dalam menjalaninya.
Abdullah adalah salah satu penguji karakter sang gembala cilik tersebut, dan ia adalah seorang yang memiliki bukti kejelasan hati nurani sang gembala cilik.
Dalam suatu hari Abdullah sengaja menghampiri gembala cilik tersebut yang sedang menjaga ribuan domba milik majikannya dengan keadaan panasnya matahari yang menyengat.
Lalu, ia mengajak gembala cilik untuk makan bersamanya, tapi ia menolak begitu saja sebab ia sedang berpuasa. Luar biasa bukan, di saat aktivitas dan teriknya matahari ia tetap melakukan ibadah puasannya tanpa mengikuti Abdullah, bahkan Abdullah merasa kagum atas ibadah yang sedang dijalaninya itu.
Kemudian Abdullah sengaja bertanya untuk membeli kambing milik majikannya itu, tanpa pikir pajang gembala cilik tidak memberi izin jika tanpa sepengetahuan majikannya, namun Abdullah sengaja mengulang pertanyaannya hingga merayunya untuk dapat diizinkan membeli kambing itu.
Karena amanah dari sang majikan untuk menjaga domba-domba itu, gembala pun tidak memberikan kepada Abdullah. Hingga pada pada akhirnya ia berkata kalau lah majikannya tidak melihatnya, namun Allah tetap melihatnya.
Hingga di akhir perjumpaannya Abdullah meminta maaf kepada gembala cilik. Dan meneruskan kembali perjalanannya.
Hingga akhirnya ia berpikir untuk membebaskan anak gembala itu dari perbudakan dan setelah itu Abdullah membeli kambing yang dimiliki majikannya untuk dihadiahkan kepada sang gembala cilik tersebut. [Sumber: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur/ Karya: Najwa Husein Abdul Aziz/Penerbit: Gema Insani]

0 Comments:

Post a Comment